PRINSIP DASAR PEMBANGKIT LISTRIK PADA ALTERNATOR
Bila garis gaya magnet dipotong atau dilewati arus listrik yang bergerak di antara medan magnet, akan timbul gaya gerak listrik pada penghantar dan arus akan mengalir apabila penghantar tersebut merupakan bagian dari sirkuit lengkap.
Besarnya arus induksi tergantung pada
kekuatan medan magnet, jumlah konduktor pemotong medan magnet dan kecepatan
perpotongan.
{tocify} $title={Daftar Isi Artikel}
Kerja
sebuah alternator adalah medan magnet berputar (rotor) sedangkan
penghantar (stator) diam.
Induksi Elektromagnet |
Seperti ditunjukan pada gambar
diatas , jarum Galvanometer (Ammeter yang dapat mengukur arus yang sangat
kecil) akan bergerak karena gaya gerak listrik yang dihasilkan pada saat
penghantar digerakkan maju mundur di antara kutub utara dan kutub selatan
magnet, maka gaya gerak listrik mengalir dari kanan ke kiri.
Bila satu buah penghantar disambung dari ujung ke ujung, maka akan timbul gaya gerak listrik yang dihasilkan bila sebuah penghantar diputar dalam medan magnet, sebenarnya gaya yang dihasilkan sangat kecil.
Baca Juga : Pengertian dan Fungsi Sistem Bahan Bakar Kendaraan
Bila penghantar terbentuk
dalam dua kumparan, jumlah total gaya gerak listrik yang dibangkitkan menjadi
lebih besar. Demikian juga tenaga listrik yang dihasilkan, generator
membangkitkan tenaga listrik dengan jalan memutar sebuah kumparan di dalam
medan magnet. Ada dua macam arus listrik, arus searah dan arus bolak-balik dan
tergantung cara menghasilkan listrik generator.
Prinsip Generator |
Bila penghantar terbentuk
dalam dua kumparan, jumlah total gaya gerak listrik yang dibangkitkan menjadi
lebih besar. Demikian juga besarnya tenaga listrik yang dihasilkan.
Generator membangkitkan tenaga
listrik dengan jalan memutar sebuah kumparan di dalam medan magnet. Ada dua
macam arus listrik, arus searah dan arus bolak – balik dan tergantung pada cara
menghasilkan listrik generator.
Alternator
berfungsi
untuk merubah energi mekanik yang didapatkan dari mesin menjadi tenaga listrik.
Energi mekanik mesin dihubungkan oleh pully yang memutarkan rotor sehingga
membangkitkan arus bolak-balik pada stator yang diubah menjadi arus searah oleh
dioda sebelum digunakan oleh komponen- komponen kendaraan yang membutuhkan
ataupun untuk mengisi baterai kendaraan.
KOMPONEN DAN MACAM SISTEM PENGISIAN
1. Komponen Sistem Pengisian
A. Baterai
Baterai
berfungsi sebagai sumber tenaga listrik yang digunakan untuk
menggerakkan komponen-komponen kelistrikan pada kendaraan, yang kerjanya yaitu
dengan cara merubah energi kimia menjadi energi listrik.
Umumnya ada dua macam baterai
yang digunakan dalam kendaraan yaitu beterai kering yang tidak dapat diisi
kembali dan baterai basah (automotive baterai) yang dapat diisi kembali.
Jumlah tenaga listrik yang
disimpan dalam baterai dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik dinamakan
kapasitas baterai untuk ini digunakan satuan ampere jam (ampere hour = AH).
Fenomena yang terjadi apabila
energi kimia diubah menjadi energi listrik disebut discharging (pengosongan), dan sebaliknya apabila energi listrik
diubah menjadi energi kimia disebut charging
(pengisian).
Bila pelat negatif dan pelat
positif baterai dihubungkan dengan rangkaian kelistrikan, elektrolit dan bahan
aktif dari pelat baterai mulai bereaksi satu sama lain secara kimia dan listrik
akan mengalir dalam rangkaian tersebut, pada saat itulah baterai mulai discharging
(pengosongan). Pengisian atau charging dapat dilakukan dengan adanya alternator
yang dipasang pada suatu kendaraan
Konstruksi baterai:
Kontak
baterai terbuat dari ebonite atau dammar sintesis, berfungsi untuk menampung
elektrolit. Sel-sel tersebut digabungkan secara seri, dengan demikian tegangan
listrik yang terbentuk sama dengan jumlah tegangan listrik tiap-tiap sel.
Setiap sel mampu menghasilkan tegangan 2,1 volt.
Jadi
bila baterai mempunyai 6 buah sel teganganya menjadi 12,6 volt. Setiap sel pada
baterai mempunyai satu lubang untuk mengisi air sulingan (air accu) atau
electrolit (accu zuur).
Ada
dua macam plat yang digunakan pada baterai, yaitu pelat positif dan pelat
negatif. Pelat-pelat ini terbuat dari timah hitam atau campuran dari timah
hitam dan antimon. Pelat ini diselubungi dengan zat aktif yang berfungsi
menyimpan listrik. Penyusunan pelat ini diselang-seling antara pelat positif
dan pelat negatif. Pada umumnya plat negatif jumlahnya lebih satu dari pelat
positif, sehingga kedua ujungnya merupakan pelat negatif.
Separator
ditempatkan antara pelat positif dan pelat negatif yang berfungsi untuk
mencegah persiggungan langsung antara dua pelat tersebut. Separator ini terbuat
dari ebonit, kayu dan fiber glass. Pada separator ini terdapat lubang- lubang
dan alur-alur yang memungkinkan untuk elektrolit mengalir.
Elektrolit
merupakan campuran dari air yang disuling (60,8%) dan asam sulfat (39,2%). Pada
suhu 200C berat jenis air (elektolit) dalam baterai yang berkapasitas penuh
berada pada 1,26 atau 1,28. Perbedaan ini disebabkan karena perbandingan antara
air sulingan dengan asam sulfat pada masing-masing tipe berbeda. Elekterolit
yang berat jenisnya 1,26 mengandung 65% air sulingan dan 35% asam sulfat,
sedangkan elektrolit yang berat jenisnya 1,28 mengandung 63% air sulingan dan
37% asam sulfat.
Pelat-pelat
yang terendam elektrolit akan menjadi energi listrik karena reaksi kimia antara
zat aktif dari pelat-pelat dan elektrolit.
![]() |
Komponen Baterai |
B. Alternator
Kebanyakan mobil dilengkapi
dengan alternator arus bolak-balik (AC) karena ini lebih baik dibandingkan
dengan alternator yang menghasilkan arus searah (DC), baik dari segi konstruksi
maupun dari segi kemampuan memproduksi listriknya untuk menyuplai kelistrikan
pada kendaraan.
Karena komponen-komponen lebih
banyak menggunakan arus searah (DC), maka arus listrik yang dihasilkan
alternator (AC) diubah terlebih dahulu menjadi arus searah (DC) sebelum
dikeluarkan.
![]() |
Konstruksi Alternator dan Bagiannya |
Konstruksi Alternator terdiri dari:
1. Puli (Pully)
Puli
berfungsi untuk tali kipas.
![]() |
Pully |
2. Kipas (Fan)
Fungsi
kipas untuk mendinginkan diode dan kumparan-kumparan pada Alternator.
3. Rotor coil
Rotor
tersusun dari inti kutub magnet (pole core), Field coil (rotor koil), slip ring
dan rotor shaft. Field coil tersebut digulung dengan cara penggulungan yang
arahnya sama dengan putarannya, dan masing-masing ujungnya dihubungkan pada
slip ring, kedua inti kutub dipasang pada kutub ujung kumparan sebagai penutup
field coil.
Garis
gaya magnet akan timbul pada saat arus mengalir, salah satu kutub menjadi kutub
N dan yang lain menjadi kutub S. Slip ring tersebut dibuat dari logam baja
putih (stainless stell) dengan permukaan yang berhubungan dengan brush dan
dikerjakan sangat halus. Slip ring dipisahkan dari poros rotor (rotor shaft)
![]() |
Rotor Coil |
4. Stator coil
Stator
terdiri dari inti magnet dan kumparan, bagian depan dan belakang dipasang frame
sebagai pelindung. Gulungan terdiri dari kawat tembaga yang dilapisi dengan
lapisan tipis yang bersifat isolator. Di bagian dalam terdapat slot- slot yang
terdiri dari tiga kumparan yang terdiri dari tiga kumparan yang bebas. Inti
magnet bertugas sebagai saluran garis-garis gaya magnet.
Gulungan
kawat pada stator berjumlah tiga pasang yang dipasangkan secara segi tiga atau
bintang, namun yang paling banyak dipakai adalah hubungan bintang, arus listrik
yang dihasilkan adalah arus bolak balik tiga phase.
![]() |
Stator Coil |
5. Rectifier (silicon diode)
Pada
diode holder terdapat tiga buah diode positif dan tiga buah diode negative.
Arus yang dibangkitkan oleh alternator dialirkan dari diode holder pada posisi
positif sehingga terisolasi dari end frame.
Selama
proses penyearah, diode menjadi panas sehingga diode holder bekerja
meradiasikan panas ini dan mencegah diode menjadi terlalu panas. Pada model
yang lama bagian diode positif (+)
mempunyai rumah yang lebih besar dari bagian negatif (-). Selain perbedaan
tersebut ada lagi perbedaannya yaitu strip merah pada diode positif dan strip
hitam pada diode negatif.
![]() |
Rectifier (Diode) |
6. Frame
Mempunyai
dua fungsi yaitu sebagai pendukung rotor dan sebagai pemegang dengan mesin,
kedua frame mempunyai beberapa saluran udara untuk meningkatkan kemampuan
pendinginan.
![]() |
Frame |
C. Regulator
Tegangan listrik yang
dihasilkan dari alternator tidak selalu konstan atau sama hasilnya. Karena
hasil listrik dari alternator tergantung dari kecepatan putaran motor, makin
cepat putaran motornya, makin besar pula listrik yang dihasilkan demikian pula
sebaliknya makin rendah putaran motor, maka makin rendah pula listrik yang
dihasilkan.
Rotor
berfungsi sebagai magnet. Adapun magnet yang dihasilkan adalah
magnet listrik, maka dengan menambah atau mengurangi arus listrik yang masuk ke
rotor coil akan mempengaruhi daya magnet tersebut sehingga hasil pada stator
coil pun akan terpengaruh. Jadi hasil alternator salah satunya sangat
dipengaruhi oleh adanya arus listrik yang masuk ke rotor coil.
![]() |
Konstruksi Regulator |
Fungsi
Regulator adalah mengatur besar kecilnya arus yang masuk ke dalam
rotor, sehingga arus yang dihasilkan dari stator coil akan tetap konstan atau
sama menurut harga yang telah ditentukan walaupun putaran mesin berubah - ubah.
Selain dari regulator juga
berfungsi untuk mematikan lampu tanda pengisian, lampu tanda pengisian akan
secara otomatis mati apabila alternator sudah menghasilkan arus listrik.
Regulator terdiri dari titik-titik kontak, kumparan magnet (coil magnet) dan
tahanan (resistor).
D. Rangkaian Sistem Pengisian
Sirkuit atau rangkaian dari sistem pengisian yang menggunakan regulator dua titik kontak seperti yang ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.
Kebutuhan tenaga yang menghasilkan medan magnet (magnetic flux) pada rotor Altenator disuplai dari terminal F, arus ini diatur dalam arti ditambah atau dikurangi oleh regulator sesuai dengan tegangan terminal B dan dipakai untuk mensuplai kembali beban-beban yang terjadi pada lampu besar (head light), wiper, radio dan lain-lain dalam penambahan untuk kembali mengisi baterai.
Lampu pengisian akan menyala bila alternator tidak mengirimkan jumlah arus listrik yang normal. Hal tersebut terjadi bila tegangan dari terminal N alternator kurang dari jumlah yang ditentukan.
Baca Juga : Fungsi dan Jenis Transmisi Pada Kendaraan
Seperti ditunjukan pada
gambar, apabila sekering terminal IG putus, arus listrik tidak akan mengalir ke
rotor dan akibatnya alternator tidak dapat membangkitkan arus listrik. Walaupun
sekering charge (CHG) putus alternator akan tetap berfungsi. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan bantuan sirkuit pengisian.
![]() |
Rangkaian Sistem Pengisian |
Gambar diatas adalah rangkaian
pemasangan pada kendaraan (mobil). Terminal negatif pada baterai dihubungkan
dengan masa (body) dan terminal positif baterai dihubungkan dengan terminal B
pada altenator, temimal B pada regulator dan kunci kontak.
Terminal N, F, E pada
alternator di hubungkan dengan terminal N, F, E pada regulator. Terminal IG
pada regulator dihubungkan ke kunci kontak dengan melalui fuse. Terminal L
regulator di hubumgkan dengan lampu kemudian ke kunci kontak melalui fuse.
Baca Juga :
Macam-macam Sistem Pengisian
Macam Sistem Pengisian pada
mobil ada 2 tipe yaitu :
a. Sistem Pengisian tipe
Konvensional
b. Sistem Pengisian tipe IC
Tetapi yang dibahas kali ini
hanya sistem pengisian tipe konvensional, Untuk system pengisian IC bias baca
disini
Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional pada Toyota Kijang 5K
1.
Kunci Kontak ON, Mesin Mati.
Bila kunci kontak dihidupkan
(ON), maka arus field dari baterai akan mengalir ke rotor dan membangkitkan
rotor coil.
Pada saat itu juga arus dari
baterai akan mengalir ke lampu indikator dan lampu menyala. Secara keseluruhan
mengalirnya arus listrik sebagai berikut:
![]() |
Rangkaian Cara Kerja Sistem Pengisian Pada Saat Mesin Mati |
1). Arus yang ke field coil.
Terminal (+) baterai → fusible
link → kunci kontak → (IG switch) → fuse terminal IG regulator → point PL 1 →
point PL o → terminal F regulator → terminal F alternator → brush → slip ring →
rotor coil → slip ring → brush → terminal E alternator → massa body.
Akibatnya rotor terbangkitkan
dan timbul kemagnetan yang selanjutnya arus tersebut disebut arus medan (field
current).
2).
Arus ke lampu indikator
Terminal (+) baterai → fusible
link → kunci kontak IG (IG switch) → fuse →
lampu CHG → terminal
L regulator → titik kontak Po→ titik kontak P1 →
terminal E regulator → massa body.
Akibatnya lampu indikator
(lampu CHG) menyala.
Mesin Dari Kecepatan Rendah ke Kecepatan Sedang.
Sesudah mesin hidup dan rotor
pada alternator berputar, tegangan / voltage dibangkitkan dalam stator coil,
dan tegangan netral dipergunakan untuk voltage relay, karena itu lampu charge
jadi mati.
Pada waktu yang sama tegangan
yang di keluarkan beraksi pada voltage regulator. Arus medan (field current)
yang ke rotor dikontrol dan disesuaikan dengan tegangan yang dikeluarkan
terminal B yang beraksi pada Voltage regulator. Demikianlah salah satu arus
medan akan lewat menembus atau tidak menembus resistor R, tergantung pada
keadaan titik kontak PO.
Bila gerakan PO dari voltage
relay, membuat hubungan dengan titik kontak P2, maka pada sirkuit sesudah dan
sebelum lampu pengisian (charge) tegangannya sama sehingga arus tidak akan
mengalir ke lampu dan akhirnya lampu mati. Untuk jelasnya aliran arus pada
masing-masing peristiwa sebagai berikut:
Tegangan neutral
Terminal N alternator →
terminal N regulator → magnet coil dari voltage relay → terminal E regulator →
massa body.
Akibatnya pada magnet coil
dari voltage relay akan terjadi kemagnetan dan dapat menarik titik kontak Po
dan P1 dan selanjutnya Po akan bersatu dengan P2 dengan demikian lampu
pengisian (charge) jadi mati.
Tegangan yang keluar (output voltage)
Terminal B alternator →
terminal B regulator → titik kontak P2 → titik kontak Po → magnet coil dari
voltage regulator → terminal E regulator → massa body.
Akibatnya pada coil voltage
regulator timbul kemagnetan yang dapat mempengaruhi posisi dari titik kontak
(point) PLo akan tertarik pada PL1 sehingga pada kecepatan sedang PLo akan
mengambang (seperti pada gambar rangkaian).
Rangkaian Cara Kerja Sistem Pengisian Pada Saat Mesin Kecepatan Rendah sampai Sedang |
Arus yang ke field (field current)
Terminal B alternator → IG
switch → fuse → terminal IG regulator → point PL1 → point PL2 → resistor R →
terminal F regulator → terminal F alternator → rotor coil → terminal E
alternator → massa body.
Dalam hal ini jumlah arus /
tegangan yang masuk ke rotor coil biasanya melalui dua saluran.
1. Bila
kemagnetan di voltage regulator besar dan mampu menarik PLo dari PL1 maka arus
yang mengalir ke rotor coil akan melalui resistor R. Akibatnya arus akan kecil
dan kemagnetan yang ditimbulkan rotor coil pun kecil (berkurang).
2. Sedangkan
jika pada saat voltage regulator lemah dan PLo tidak tertarik pada PL1 maka
arus yang ke rotor coil akan tetap melalui poin PL1 ke PLo. Akibatnya arus
tidak melalui resistor dan arus yang masuk ke rotor coil akan normal kembali.
Output current
Terminal B alternator → baterai
dan beban → massa body
Mesin dari Kecepatan Sedang ke Kecepatan Tinggi
Bila putaran mesin bertambah,
voltage yang dihasilkan oleh kumparan stator menjadi naik, dan gaya tarik dari
kemagnetan kumparan voltage regulator menjadi lebih kuat.
Dengan gaya tarik yang lebih
kuat, field current yang ke rotor akan mengalir terputus-putus
(intermittently), akan tetapi selama mesin berputar tinggi arus dapat mengalir
ke rotor coil. Dengan kata lain, gerakan titik kontak PLo dari voltage
regulator kadang-kadang membuat hubungan dengan titik kontak PL2.
Bila gerakan titik kontak PLo
pada regulator berhubungan dengan titik kontak PL2, field coil akan dibatasi.
Bagaimana pun juga, point Po dari voltage relay tidak akan terpisah dari point
P2, sebab tegangan neutral terpelihara dalam sisa flux dari rotor. Aliran arusnya
adalah sebagai berikut:
Voltage Neutral (tegangan netral)
Terminal N alternator →
terminal N regulator → magnet coil dari voltage relay → terminal E regulator →
massa body.
Arus ini sering disebut juga
neutral voltage
Output voltage
Terminal B alternator → terminal
B regulator → point P2 → point Po → magnet coil dari voltage regulator →
terminal E regulator.
Ini yang disebut dengan output
voltage.
Rangkaian Cara Kerja Sistem Pengisian Pada Saat Mesin Kecepatan Sedang Sampai Tinggi |
Tidak ada arus ke Field Current
Terminal B alternator → IG
(switch) → fuse → terminal IG regulator → resistor R → terminal F regulator →
terminal F alternator → rotor coil → point PLo → ground (no. F.C) → terminal E alternator
→ massa (F current).
Bila arus resistor R → mengalir
terminal F regulator → rotor coil → massa, akibatnya arus yang ke rotor ada,
tetapi jika PLo menempel PL 2 → maka arus mengalir ke massa sehingga yang ke
rotor coil tidak ada.
Output Current
Terminal B alternator baterai / load masa.
Mau donasi lewat mana?
Donate with PaypalGopay-