Silahkan hubungi kami jika Anda menemukan link error atau ingin memberikan masukan dan saran Contact Us Ebook Telegram

Pengertian dan Jenis Uji Kekerasan

Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) dari suatu material.
Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated

A.Pengertian dan Jenis Uji Kekerasan

Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force) dan deformasi plastis. 

{tocify} $title={Daftar Isi Artikel}

Deformasi plastis sendiri suatu keadaan dari suatu material ketika material tersebut diberikan gaya maka struktur mikro dari material tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal artinya material tersebut  tidak dapat kembali ke bentuknya semula. 

Baca Juga : Pengertian dan Jenis Uji Impact

Lebih ringkasnya kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan)

Maksud Uji Kekerasan :

1.Mempelajari sifat logam melalui uji kekerasan,

2.Mempelajari sifat pengerjaan logam dengan uji kekerasan,

3.Mempelajari mutu dan kualitas logam dengan uji kekerasan.

Berdasarkan sifat pengujiannya, Hardness testing dibagi atas:

a. Pengujian merusak (distruktif)

Pengujian ini dilakukan dengan memberikan baban pada specimen material, sehingga spesimen akan rusak. Sehingga kita peroleh data berapa besar kekuatan logam, karakteristik logam.

b. Pengujian tak merusak (non distruktif)

Pengujian ini bersifat: (1) memprediksikan karakteristik logam dengan menganalisis struktur logam melalui visualisasi, (2) untuk  mengetahui cacat logam.

Berdasarkan cara pengujiannya, Hardness Testing dibagi atas:

a. Cara Penekanan:

1. Berdasarkan penekanan indentor ke benda uji, dengan beban statis.

2. Penekanan sampai batas plastis.

3. Akan terjadi bekas (lekukan) permanen pada benda uji.

4. Logam mempunyai kekerasan semakin tinggi, maka bekas permanen akibat penekanan semakin kecil.

b. Cara Shore:

1. Pengujian dinamis,

2. Hammer dijatuhkan diri ketinggian dan berat tertentu ke benda uji,

3. Tinggi pantulan akan menunjukan kekerasan bahan.

B. Langkah-Langkah Pengujian Kekerasan

Adapun tahapan-tahapan pengujian sebagai berikut:

1. Pemotongan

Potong sebagian kecil dari benda kerja dengan ketebalan yang cukup (5–8) mm sebagai sampel penguji.

2. Penggerindaan

Bentuk permukaan hasil pemotongan menggunakan mesin gergaji tentu saja bergelombang. Maka harus dilakukan penggerindaan menggunkan mesin gerinda tangan pada kedua bagian permukaannya hingga mendapatkan permukaan yang rata dan sejajar sehingga tebal benda kerja sesuai dengan kriteria untuk melakukan pengujian kekerasan dengan alat uji kekerasan.

3. Pengamplasan

Pengamplasan dilakukan supaya permukaan benda kerja halus, rata dan sejajar. Tahapan proses pengamplasan dimulai menggunakan amplas kasar dan dilanjutkan menggunakan amplas halus. 

Baca Juga : Pengujian fatik

Dalam proses ini menggunakan amplas water proof, alat bantu lainya adalah kaca untuk landasan dan air sebagai pendingin.

4. Polishing

Agar spesimen menghasilkan permukaan yang benar-benar halus perlu dipoles. Mesin yang berputar dengan dasar piringan yang dilapisi bahan jenis kain serta dengan pasta autosol diharapkan mampu membuat permukaan spesimen menjadi halus.

C.Pengujian Kekerasan Brinell

Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen). Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor dengan bentuk bola baja, biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida Tungsten.

Hal-hal yang berpengaruh dalam pengujian kekerasan Brinell antara lain:

1. Indentor : Bola Baja, Dengan Diameter D (Mm)

2. Penetrasi : Gaya Statis P (Kg)

3. Benda Kerja: Bersih Dan Rata

4. Bekas Lekuk: Tembereng Cekung, Dengan Diameter Yang Terbentuk D (Mm)

5. Kekerasan : Hb Atau Bhn

Dari data tersebut dapat dituliskan rumus uji kekerasan Brinnel yaitu:


Dimensi beban dan indentor yang akan digunakan dalam pengujian kekerasan Branell antara lain:

1. Bola baja tak boleh terdeformasi

2. Standart ukuran bola baja 10 mm, penyimpangan ukuran diperboleh-kan 0,005 mm akibat beban tekan.

3. Ketebalan benda uji > 10 kali bekas lekukan

4. Kekerasan benda  HB > 400 lebih baik diuji Vickers

untuk mencari beban yang sesuai, digunakan rumus berikut:

Dimana:     

P = Beban yang diberikan

C = Konstanta bahan yang akan di uji ( jika bahannya base ferro maka  konstantanya 30)

D = Diameter indentor

Kelebihan metoda Brinell :

1. Sangat dianjurkan untuk material-material atau bahan-bahan uji yang bersifat heterogen

Kekurangan metoda Brinell :

1. Bola baja kurang keras

2. Bekas injakan kadang terlalu besar

3. Di sekitar lekukan terjadi kenaikan lekukan

4. Butuh ketelitian saat mengukur diameter lekukan hasil indentasi

5. Pengujian bisa menyita waktu yang lama, hingga mencapai 5 menit, belum termasuk persiapan dan perhitungannya.

D.    Pengujian Kekrasan Rockwell

Uji rockweel (prinsipnya sama dengan Brinell) didasarkan penekanan sebuah indentor dengan gaya statis tertentu ke permukaan benda uji. Yang membedakan adalah hasil pengukuran bukan luasan tembereng, tetapi kedalaman tusukan indentor.

Jenis kekerasan rockweel HR:

1. Rockweel Hardness Number A (HRA),

2. Rockweel Hardness Number B (HRB),

3. Rockweel Hardness Number C (HRC),

4. Rockweel Hardness Number D (HRD),

Pengujian rockwell menggunakan indentor bola baja diameter standar (diameter 10mm, diameter 5mm, diameter 2.5mm, dan diameter 1mm) dan indentor kerucut intan.

Pengujian ini menggunakan 2 beban, yaitu beban minor/minor load (F0) = 10 kgf dan beban mayor/mayor load (F1) = 60kgf sampai dengan 150kgf tergantung material yang akan di uji dan tergantung menu rockwell yang dipilih (ada HRC, HRB, HRG, HRD, dll (maaf saya lupa ada tipe pengujian rockwell apa saja, mohon bantuannya bagi yang sudah tau bisa di share di comment)).

Baca Juga : UJI KEKERASAN KNOOP ( MIKRO )

yang pasti, untuk menguji material yang kekerasannya sama sekali belum diketahui kita harus menggunakan rockwell HRC. HRC menggunakan indentor kerucut intan dan beban 150kgf. ini dimaksudkan untuk mencegah rusaknya indentor karena kalah keras dibandingkan material yang di uji. seperti yang kita tahu bahwa intan adalah logam paling keras saat ini.

Rockweel Hardness Number A, C, dan D, digunakan untuk benda uji baja sepuh atau logam keras lainnya. HRA, HRC, HRD ditentukan dengan menggunakan indentor kerucut intan (brale) dengan < 1200 dibagian ujung radius 0,2 mm.

beban minor sebesar 10kgf diberikan dengan tujuan untuk menyamaratakan semua permukaan benda uji. dengan adanya sedikit penekanan tersebut membuat material yang akan di uji tidak perlu di persiapkan sehalus dan semengkilap mungkin, cukup bersih dan tidak berkarat. perbedaan kedalaman hasil indentasi berdampak pada tingkat kekerasan material. semakin dalam indentasi semakin lunak material yang kita uji.

Untuk menentukan HRB, pengujian menggunakan indentor bola baja sepuh dengan diameter 1/16”, dipakai untuk menentukan kekerasan baja-baja tak disepuh.

Catatan:

          Pengukuran bekas lekukan adalah kedalaman tusukan.

          Pembebanan dengan beban awal dan beban utama

          Kedalaman tusukan menggambarkan kekerasan logam

Cara pengujian rockweel

1.Pembebanan awal (minor) 10 kg, kedalaman tusukan h1( mm)


2. Pembebanan utama (mayor) 150 kg, kedalaman tusukan h2 (mm)

3. Pembebanan utama dilepas, kedalaman tusukan h3 (mm)

Rumus kekerasan rockweel (hr)

HR  = (K – ( h3 - h1 ))/C

K = Suatu konstanta

K = 0,26 untuk penetrator bola baja

    = 0,20 penetrator kerucut intan

C = harga penunjukan skala indikator 0,002

Tabel beban penetrator

Mesin uji rockwell

Ada dua type mesin Rockweel:

1. Reguler Rockweel hardness tester, dengan beban minor 10 kg, beban mayor (utama) 60 kg, 100 kg, 150 kg.

2. Superficial Rockweel hardness tester, beban minor 3 kg, dan beban mayor 15 kg, 30 kg, 45 kg

Kedua type ini mempunyai konstruksi hampir sama.

Keuntungan pengujian kekrasan Rockweel:

1. Bekas tusukan dan beban lebih kecil,

2. Pembacaan harga kekerasan lebih cepat,

3. Dapat digunakan pengujian logam keras.

Kerugian pengujian kekrasan Rockweel:

1. Penunjukan harga kekerasan kurang akurat, adanya sedikit kotoran diantara penetrator dan benda uji.

2. Perlu perkiraan kekerasan bahan dahulu, untuk memilih penetrator yang akan digunakan supaya tepat.

E.Pengujian Kekerasan Vickers

Uji vickers dikembangkan di Inggris sekitar tahun 1925. Dikenal juga sebagai Diamond Pyramid Hardness test (DPH). uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan, besar sudut antar permukaan piramida intan yang saling berhadapan adalah 136 derajat .

Ada dua rentang kekuatan yang berbeda, yaitu micro (10g – 1000g) dan macro (1kg – 100kg).

Cara atau metoda pengujian Vickers

A. persiapkan alat dan bahan pengujian

1. mesin uji kekerasan Vickers (Vickers Hardness Test)

2. indentor piramida intan (diamond pyramid)

3. benda uji yang sudah di gerinda

4. amplas halus

5. stop watch

6. mikroskop pengukur (biasanya satu set dengan alatnya)

B. indentor di tekankan ke benda uji/material dengan gaya tertentu (rentang micro 10g –1000g dan rentang micro 1kg – 100kg)

C. tunggu hingga 10 – 20 detik (biasanya 15 detik)

D. bebaskan gaya dan lepaskan indentor dari benda uji

E. ukur 2 diagonal lekukan persegi (belah ketupat) yang terjadi menggunakan mikroskop pengukur. (ukur dengan teliti dan cari rata-ratanya)

F. masukkan data-data tersebut ke rumus

Rumus penghitungan pengujian metoda Brinell:

Dimana : VHN = Vickers Hardness Number

P = Beban tekan

D = Panjang diagonal bekas injakan.

Ө =sudut puncak indentor (136^0)

MESIN UJI KEKERASAN VICKERS

Komponen utama mesin uji vickers :                                   

1. Starting handel, untuk strat penekanan.

2. Indentor, untuk menusuk benda uji.

3. Mikroskope untuk melihat titik sasaran uji

4. Stage, tempat benda uji

5. Handwheel, roda penekan

6. Main frame, dudukan lintasan stage

7. Foot pedal, pedal kaki penyetel.

8. Weight, pemberat.

Kelebihan metoda Vickers :

1. Dianjurkan untuk pengujian material yang sudah di proses case hardening, dan proses pelapisan dengan logam lain yang lebih keras

2. Tidak merusak karena hasil indentasi sangat kecil, dan biasanya bahan uji bisa dipakai kembali

Kekurangan metoda Vickers :

1. Butuh ketelitian saat mengukur diameter lekukan hasil indentasi

2. Lama, sekali pengujian bisa menyita waktu hingga 5 menit, belum termasuk persiapan dan perhitungannya.

Baca juga :

Mau donasi lewat mana?

Donate with Paypal
BANK BNI - An.mechanical engineering / Rek - 2345xxx
Gopay-
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. klik icon panah di atas

About the Author

Kami percaya bahwa akses pendidikan berkualitas adalah hak mendasar bagi setiap anak Indonesia.

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.