A. Pengertian Pengujian Fatik
Uji
fatik adalah kelelahan yang sering terjadi pada material yang dinamis. Sejak
tahun 1830 telah diketahui bahwa logam yang dikenai tegangan berulang akan
rusak pada tegangan yang jauh lebih rendah dibanding yang dibutuhkan untuk
menimbulkan perpatahan pada beban tungggal. Kegagalan yang terjadi pada keadaan
beban dinamik dinamakan kegagalan lelah (fatigue failures), barangkali karena
pada umumnya kegagalan tersebut hanya terjadi setelah periode pemakaian yang
cukup lama.
{tocify} $title={Daftar Isi Artikel}
Kegagalan
fatiq semakin menonjol sejalan dengan pengembangan teknologi seperti; pesawat,
mobil, kompresor, pompa, dan lain-lainnya. Kesemuanya mengalami beban berulang
dan getaran. Hingga kini sering dinyatakan bahwa kelelahan meliputi paling
tidak 90% dari seluruh kegagalan yang disebabkan oleh hal-hal yang bersifat
mekanis.
Terdapat
tiga faktor dasar yang diperlukan agar terjadi kegagalan lelah. Ketiga factor
tersebut adalah:
1. tegangan tarik maksimum yang cukup tinggi
Tegangan
tarik maksimum merupakan factor yang bisa membuat benda uji adatu kompenen
mesin mengalami kegagalan lelah. Tegangan tarik yang tinggi membuat kegagalan
lelah lebih cepat tejadi. Dimana saat tegangan tarik semakin besar, maka
semakin cepat pula kegagalah lelah terjadi.
2. variasi atau flutuasi tegangan yang cukup besar
Variasi
atau fluktuasi tegangan adalah naik turunnya besaran tegangan yang
mengakibatkan kegagalan lelah terjadi. Biasanya benda uji atau komponen mesin
akan mengalami kegagalan lelah pada atau sekitar permukaan benda uji. Dengan
adanya fluktuasi tegangan tersebut
membuat benda uji di bawah batas kegagalan lelah, sehingga mengakibatkan umur
kegagalan lelah semakin cepat.
3. siklus penerapan tegangan yang cukup besar
Semakin
besar siklus tegangan yang diterapkan pada pengujian fatik, menyebabkan cepat
terjadinya kegagalan lelah. Dealoam banyak pengujian dan aplikasi pemakaian,
tegangan maksimum terjadi pada permukaan benda uji atau kompnen mesin.
Baca Juga : PERPATAHAN DAN KELELAHAN (FRACTURE AND FATIGUE)
Selain
tiga faktor diatas terdapat sejumlah variable lain, yakni; konsentrasi
tegangan, korosi, suhu, kelebihan bahan, struktur metalurgis, tegangan sisa,
dan tegangan kombinasi yang cendrung untuk mengubah kondisi kelelahan.
B. Mekanisme pengujian Fatik
Ada
tiga tahap terjadinya kegagalan lelah, yaitu crack initiation, crack
propagation, dan fracture secara tiba-tiba akibat pertumbuhan crack yang tidak
stabil.
1. Crack initiation
Pada
skala mikroskopik material (logam) ulet (ductile) adalah tidak homogen dan
anisotropic sehingga pasti terdapat stress concentration (notched). Ketika ada
beban yang berosilasi (beban dinamik) di daerah notch akan menyebabkan local
yielding pada daerah tersebut Yielding plastis yang terlokalisasi tersebut
menyebabkan distorsi dan membentuk “slip band ” sepanjang batas kristal
material. Slip band dalah daerah yang sangat intens mengalami deformasi akibat
shear motion.
Dengan
semakin banyaknya tegangan yang berosilasi maka slip band terus bertambah dan
akan bergabung membentuk mikroskopic crack. Walaupun tidak ada notch mekanisme
ini tetap terjadi sepanjang beban dinamik melampaui yield strength di suatu
daerah mikroskopik pada material.
Keberadaan
void atau inclusion membantu terjadinya crack. Material yang keuletannya lebih
rendah cenderung lebih cepat mengalami crack, dengan kata lain material
tersebut “more notch sensitivity”. Untuk material getas, mekanisme local yield
(crack initiation) tidak terjadi, tetapi langsung ke tahap rack propagation di tempat dimana terdapat
void atau inklusi pada material.
2.Crack propagation
Crack yang berujung tajam menimbulkan konsentrasi tegangan yang lebih besar dibandingkan dengan notch, dan daerah plastis selalu timbul di ujung crack ketika crack terbuka akibat tegangan tarik, yang kemudian menumpulkan crack. Crack yang tumpul mengurangi efektivitas konsentrasi tegangan.
Ketika tegangan
tarik berubah siklus ke tegangan tekan/ nol/ tegangan tarik yang cukup kecil
seperti pada gambar a, b dan c di samping akan menyebabkan crack menutup dan
momentarily yielding berhenti dan hal ini menyebabkan crack meruncing kembali
tetapi dengan dimensi yang lebih besar. Hal ini terjadi berulang-ulang
sepanjang tegangan lokal di ujung crack bersiklus mulai dari bawah tegangan
tarik yield (<σy) sampai tegangan diatas tegangan tarik yield (>σy).
Mekanisme
lain penyebab crak propagation adalah korosi. Apabila ada suatu komponen mesin
yang terdapat crack di dalamnya berada di lingkunagan korosif maka crack dapat
tumbuh ketika menerima beban statik. Kombinasi tegangan dan korosi memiliki
efek yang saling bersinergi satu sama lain yang mana material akan cepat terkorosi
ketika menerima tegangan dibandingkan material yang tidak menerima tegangan.
3. Fracture
Pertumbuhan crack pada suatu komponen akibat siklus beban dinamik akan mencapai dimensi tertentu yang cukup besar untuk menimbulkan stress intensity factor, K di ujung crack yang selevel dengan fracture toughness, Kc material sehingga komponen tersebut dapat gagal secara tiba-tiba tanpa adanya peringatan terlebih dahulu pada siklus beban dinamik berikutnya. Mekanisme kegagalan ini sama dengan kondisi dimana K=Kc tercapai dengan adanya mekanisme crack propagation.
Baca Juga : PEMBUATAN KOMPOSIT
Pemeriksaan dengan menggunakan mata telanjang pada komponen yang gagal akibat
fatigue menunjukkan suatu pola tertentu. Ada suatu daerah yang dimulai dari
tempat dimana awal micocrack terjadi yang mana daerah tersebut kelihatan
mengkilap (burnished). Daerah tersebut terpisah dengan daerah yang terlihat
pudar/ tidak mengkilap dan kasar (dull and rough) dan terlihat seperti patah
getas.
C. Langkah Pengujian Fatik
1.
Pengujian komposisi kimia
Pengujian
komposisi kimia dimaksudkan untuk mengetahui apakah komposisi kimiam aterial
besi cor kelabu yang dibuat sesuai dengan material yang telah dikembangkan
sebelumnya.
2.
Pengujian metalografi
Pengujian
metalografi dimaksudkan untuk mengetahui distribusi dan ukuran grafit
serpih danfasa-fasa yang ada pada material
3.
Pengujian kekarasan
Pengujian
kekerasan dimaksudkan untuk mengetahui keseragaman sifat mekanik test bar.
Hal ini dilakukan karena test bar yang dibuat jumlahnya banyak.
4.
Pengujian tarik
Pengujian
tarik dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan tarik material besi cor kelabu
yang dihasilkan. Data ini digunakan sebagai acuanu ntuk menentukan besarnya
tegangan yang akan dikenakan pada spesimen uji lelah. Selanjutnya setelah
besarnya tegangan yang akan dipakai pada pengujian lelah ditetapkan, maka dapat
dihitung besarnya masa pemberat yang akan digunakan pada pengujian lelah.
5.
Pengujian lelah
Pengujian lelah siklus tinggi dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan materialsaat dikenai beban yang berfluktuatif yang telah ditentukan sebelumnya. Ketahanan tersebut dinyatakan dengan jumlah siklus sampai spesimen lelah patah. Apabila spesimen mampu bertahan sampai 106 siklus, maka pengujian dihentikan.
D. Faktor Mekanik yang Mempengaruhi Umur Fatik
1. Konsentrasi Tegangan
2. Peningkatan tegangan menurunkan umur fatik
3. Pemicunya
dapat secara mekanis (misal: fillet atau alur pasak)maupun metalurgi (misal;
porositas atau inklusi).
4. Kegagalan
fatik selalu dimulai pada peningkatan tegangan, biasanya pada atau dekat dengan
permukaan
Untuk
mengetahui sifat bahan terhadap kekuatan tersebut maka dilakukan pengujian
dengan dua cara yaitu:
a.Cara
Izod (USA),
b.Cara charphy (Inggris)
![]() |
Gambar: Pengujian Cara Izod dan charphy
E. Mengidentifikasi Jenis Patahan
Ada beberapa tipe perpatahan
yang dikenal yaitu :
1. Perpatahan transgranural dikenal dengan patah bulat dimana terjadi pada butir
logam yang biasanya terjadi pada temperature
rendah, permukaannya mengikuti bidang vertikal terentu.
2. Perpatahan intergranural adalah perpatahan yang terjadi antra butir-butir
logam yang kerap kali dianggap sebagai
perpatahan pada berbagai paduan.
Patahan
berdasarkan arah beban yang diberikan terhadap materal yaitu :
1.
Opening Shear : merupakan perpatahan akibat pemberian beban yang mengakibatkan
tegangan arahnya tegak lurus dengan bidang perpatahan dan berada pada posisi
yang sejajar berlawanan arah pada
masing-masing sisi contohnya pada shockbreaker.
2.
In Plane Shear : arah perpatahan melintang, hal ini terjadi karena beban
diberikan ridak sejajar dan berlawanan arah pada ujung sehingga seakan-akan
terjadi sliding contohnya pada kopling gesek
3. Out Plane Shear: terjadi akibat beban vertika dimana tegangan tersebu berada pada arah yang tidak sejajar dan berlawanan arah arah pada sumbu vertikal contohnya pada roda gigi.
Peningkatan ukuran benda uji juga menurunkan gradien tegangan sehingga lebih banyak bahan memungkinkan menegang lebih tinggi. Data pengujian kadang tidaklah konsisten secara menyeluruh; beberapa peneliti tidak menuliskan efek dari ukuran. Mungkin terdapat suatu efek dari jenis pengujian yang digunakan. Dalam Baja Karbon murni, batang halus tidak menunjukkan efek dimana batang bertakik berpengaruh .
Mau donasi lewat mana?
Donate with PaypalGopay-