Silahkan hubungi kami jika Anda menemukan link error atau ingin memberikan masukan dan saran Contact Us Ebook Telegram

Klasifikasi Turbin Air

Turbin air adalah sebuah mesin berputar yang mengambil energi kinetik dari arus air
Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated

Turbin air adalah salah satu sumber energi terbarukan yang digunakan untuk menghasilkan listrik. Turbin air tersedia dalam berbagai jenis dan ukuran, tergantung pada sumber air yang digunakan dan kondisi geografis. Untuk memudahkan pengelompokan dan pemahaman mengenai jenis turbin air, dilakukanlah klasifikasi turbin air. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai klasifikasi turbin air dan jenis-jenis turbin air yang digunakan di seluruh dunia.

Klasifikasi Turbin Air

Dengan kemajuan ilmu Mekanika fluida dan Hidrolika serta memperhatikan sumber energi air yang cukup banyak tersedia di pedesaan akhirnya timbullah perencanaan-perencanaan turbin yang divariasikan terhadap tinggi jatuh ( head ) dan debit air yang tersedia.

Dari itu maka masalah turbin air menjadi masalah yang menarik dan menjadi objek penelitian untuk mencari sistim, bentuk dan ukuran yang tepat dalam usaha mendapatkan effisiensi turbin yang maksimum.

Pada uraian berikut akan dijelaskan pengklasifikasian turbin air berdasarkan beberapa kriteria.

Berdasarkan Model Aliran Air Masuk Runner.

Berdasaran model aliran air masuk runner, maka turbin air dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu :

1. Turbin Aliran Tangensial

Pada kelompok turbin ini posisi air masuk runner dengan arah tangensial atau tegak lurus dengan poros runner mengakibatkan runner berputar, contohnya Turbin Pelton dan Turbin Cross-Flow.
Turbin Aliran Tangensial
Gambar 1. Turbin Aliran Tangensial  (Sumber : Haimerl, L.A., 1960)

2. Turbin Aliran Aksial

Pada turbin ini air masuk runner dan keluar runner sejajar dengan poros runner, Turbin Kaplan atau Propeller adalah salah satu contoh dari tipe turbin ini.

Turbin Aliran Aksial
Gambar 2. Model Turbin Aliran Aksial (Sumber : Haimerl, L.A., 1960)

3. Turbin Aliran Aksial -  Radial

Pada turbin ini air masuk ke dalam runner secara radial dan keluar runner secara aksial sejajar dengan poros. Turbin Francis adalah termasuk dari jenis turbin ini.

Turbin Aliran Aksia
Gambar 3. Model Turbin Aliran Aksial- Radial (Sumber : Haimerl, L.A., 1960)

Berdasarkan Perubahan Momentum Fluida Kerjanya.

Dalam hal ini turbin air dapat dibagi atas dua tipe yaitu :

1. Turbin Impuls.

Semua energi potensial air pada turbin ini dirubah menjadi menjadi energi kinetis sebelum air masuk/ menyentuh sudu-sudu runner oleh alat pengubah yang disebut nozel. Yang termasuk jenis turbin ini antara lain : Turbin Pelton dan Turbin Cross-Flow.

2. Turbin Reaksi.

Pada turbin reaksi, seluruh energi potensial dari air dirubah menjadi energi kinetis pada saat air melewati lengkungan sudu-sudu pengarah, dengan demikian putaran runner disebabkan oleh perubahan momentum oleh air. Yang termasuk jenis turbin reaksi diantaranya : Turbin Francis, Turbin Kaplan dan Turbin Propeller.

Berdasarkan Kecepatan Spesifik (ns)

Yang dimaksud dengan kecepatan spesifik dari suatu turbin ialah kecepatan putaran runner yang dapat dihasilkan daya effektif 1 BHP untuk setiap tinggi jatuh 1 meter atau dengan rumus dapat ditulis ( Lal, Jagdish, 1975 ) :

ns  =   n .  Ne 1/2 / Hefs5/4

diketahui :  ns  =  kecepatan spesifik turbin

                   n  =  Kecepatan putaran turbin ……. rpm

                   Hefs  =  tinggi jatuh effektif …… m

                   Ne  =  daya turbin effektif …… HP

Setiap turbin air memiliki nilai kecepatan spesifik masing-masing, tabel 1. menjelaskan batasan kecepatan spesifik untuk beberapa turbin kovensional ( Lal, Jagdish, 1975 )

Tabel 1. Kecepatan Spesifik Turbin Konvensional

Berdasarkan Head dan Debit.

Dalam hal ini pengoperasian turbin air disesuaikan dengan potensi head dan debit yang ada yaitu :

  1. Head yang rendah yaitu dibawah 40 meter tetapi debit air yang besar, maka Turbin Kaplan atau propeller cocok digunakan untuk kondisi seperti ini.
  2. Head yang sedang antara 30 sampai 200 meter dan debit relatif cukup, maka untuk kondisi seperti ini gunakanlah Turbin Francis atau Cross-Flow.
  3. Head yang tinggi yakni di atas 200 meter dan debit sedang, maka gunakanlah turbin impuls jenis Pelton.

Gambar 7. menjelaskan  bentuk  kontruksi  empat  macam  runner  turbin konvensional.

Turbin Konvensional
Gambar 4. Empat Macam Runner Turbin Konvensional 
(Sumber : Haimerl, L.A., 1960)

KARAKTERISTIK TURBIN CROSS-FLOW

Turbin Cross-Flow memiliki karakteristik yang spesifik dibanding jenis penggerak turbin lainnya diantaranya ialah :

Keunggulan Turbin Cross-Flow

Turbin Cross-Flow adalah salah satu turbin air dari jeis turbin aksi  (impulse turbine). Prinsip kerja turbin ini mula-mula ditemukan oleh seorang insinyur Australia yang bernama A.G.M. Michell pada tahun 1903. Kemudian turbin ini dikembangkan dan dipatenkan di Jerman Barat oleh Prof. Donat Banki sehingga turbin ini diberi nama Turbin Banki kadang disebut juga Turbin Michell-Ossberger (Haimerl, L.A., 1960).

Pemakaian jenis Turbin Cross-Flow lebih menguntungkan dibanding dengan pengunaan kincir air maupun jenis turbin mikro hidro lainnya. Penggunaan turbin ini untuk daya yang sama dapat menghemat biaya pembuatan penggerak mula sampai 50 % dari penggunaan kincir air dengan bahan yang sama. 

Penghematan ini dapat dicapai karena ukuran Turbin Cross-Flow lebih kecil dan lebih kompak dibanding kincir air. Diameter kincir air yakni roda jalan atau runnernya biasanya 2 meter ke atas, tetapi diameter Turbin Cross-Flow dapat dibuat hanya 20 cm saja sehingga bahan-bahan yang dibutuhkan jauh lebih sedikit, itulah sebabnya bisa lebih murah. Demikian juga daya guna atau effisiensi rata-rata turbin ini lebih tinggi dari pada daya guna kincir air. 

Hasil pengujian laboratorium yang dilakukan oleh pabrik turbin Ossberger Jerman Barat yang menyimpulkan bahwa daya guna kincir air dari jenis yang paling unggul sekalipun hanya mencapai 70 % sedang effisiensi turbin Cross-Flow  mencapai 82 % ( Haimerl, L.A., 1960 ).

Tingginya effisiensi Turbin Cross-Flow ini akibat pemanfaatan energi air pada turbin ini dilakukan dua kali, yang pertama energi tumbukan air pada sudu-sudu pada saat air mulai masuk, dan yang kedua adalah daya dorong air pada sudu-sudu  saat air akan meninggalkan runner

Adanya kerja air yang bertingkat ini ternyata memberikan keuntungan dalam hal effektifitasnya yang tinggi dan kesederhanaan pada sistim pengeluaran air dari runner. Kurva di bawah ini  akan  lebih  menjelaskan  tentang perbandingan effisiensi dari beberapa turbin konvensional.

Effisiensi Beberapa Turbin
Gambar 5. Effisiensi Beberapa Turbin dengan Pengurangan Debit
Sebagai Variabel (Sumber : Haimerl, L.A., 1960)

Dari kurva tersebut ditunjukan hubungan antara effisiensi dengan pengurangan debit akibat pengaturan pembukaan katup yang dinyatakan dalam perbandingan debit terhadap debit maksimumnya.Untuk Turbin Cross Flow dengan Q/Qmak = 1 menunjukan effisiensi yang cukup tinggi sekitar 80%, disamping itu untuk perubahan debit sampai dengan Q/Qmak = 0,2 menunjukan harga effisiensi yang relatif tetap ( Meier, Ueli,1981).

Dari kesederhanaannya jika dibandingkan dengan jenis turbin lain, maka Turbin Cross-Flow yang paling sederhana. Sudu-sudu Turbin Pelton misalnya, bentuknya sangat pelik sehigga pembuatannya harus dituang. Demikian juga runner Turbin Francis, Kaplan dan Propeller pembuatannya harus melalui proses pengecoran/tuang.

Tetapi runner Turbin Cross Flow dapat dibuat dari material baja sedang (mild steel) seperti ST.37, dibentuk dingin kemudian dirakit dengan konstruksi las. Demikian juga komponen-komponen lainnya dari turbin ini  semuanya dapat dibuat di bengkel-bengkel umum dengan peralatan pokok mesin las listrik, mesin bor, mesin gerinda meja,  bubut dan peralatan kerja bangku, itu sudah cukup.

Dari  kesederhanaannya  itulah  maka  Turbin  Cross-Flow  dapat dikelompokan  sebagai  teknologi tepat guna yang pengembangannya di masyarakat pedesaan memiliki prospek cerah karena pengaruh keunggulannya sesuai dengan kemampuan dan harapan masyarakat.

Dari beberapa kelebihan Turbin Cross-Flow itulah, maka sampai saat ini pemakaiannya di beberapa negara lain terutama di Jerman Barat sudah tersebar luas, bahkan yang dibuat oleh pabrik Turbin Ossberger sudah mencapai 5.000 unit lebih, sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Haimerl (1960) dalam suatu artikelnya sebagai berikut :

“Today, numerous turbines throughout the world are operating on the Cross-flow principle, and most of these (more than 5.000 so far) have been built by Ossberger”

Selanjutnya Prof. Haimerl (1960) menyatakan pula bahwa setiap unit dari turbin ini dapat dibuat sampai kekuatan kurang lebih 750 KW, dapat dipasang pada ketinggian jatuh antara 01 sampai 200 meter dengan debit air sampai 3.000 liter/detik. Cocok digunakan untuk PLTMH, penggerak i talasi pompa, mesin pertanian, workshop, bengkel dan lain sebagainya.

Turbin Cross-Flow secara umum dapat dibagi dalam dua tipe ( Meier, Ueli,  1981 ) yaitu  :

  1. 1. Tipe T1, yaitu Turbin Cross-Flow kecepatan rendah .
  2. 2. Tipe T3, yaitu Turbin Cross-Flow kecepatan tinggi. 

Kedua tipe turbin tersebut lebih dijelaskan oleh gambar 6.

Turbin Cross-Flow
Gambar 6. Dua Tipe Turbin Cross-Flow (Sumber : Haimerl, L.A., 1960)
Turbin Cross-Flow
Gambar 7. Model Rakitan Turbin Cross-Flow (Sumber : Haimerl, L.A., 1960)

                                   1. Elbow                   6. Rangka pondasi

                                   2. Poros katup           7. Rumah turbin

                                   3. Katup                    8. Tuup turbin

                                   4. Nozel                    9. Poros runner

                                   5. Runner

Cara Mengoperasikan Turbin Cross-Flow

Cara mengoperasikan Turbin Cross-Flow, pertama kali buka pintu utama di sekitar bendungan agar air dapat mengalir melalui kanal ke bak penenang. Setelah permukaan air di kolam  penampung naik setinggi 1,5 meter di atas mulut pipa pesat hingga sebagian air ada yang terbuang melimpah melalui saluran limpah, maka pada saat itu pula pintu di mulut pipa pesat dibuka hingga pipa pesat penuh terisi namun pada saat itu air tak dapat masuk turbin sebab katup di bawah di dalam posisi menutup penuh. Selanjutnya sekarang kegiatan pengoperasian berlangsung di rumah pembangkit.

Bukalah katup secara berkala dengan perantaraan regulator tangan sampai air dapat keluar dari nozel dan akhirnya memutarkan runner. Setelah runner berputar normal, lepaskan pasak penghubung katup – regulator, proses pengaturan katup ini selanjutnya dilakukan oleh governor mekanis. Selama pengoperasian awal ini, generator jangan dahulu dihubungkan dengan beban, namun setelah governor bekerja secara normal baru generator dihubungkan dengan beban. Untuk selanjutnya, penyesuaian pemakaian beban dengan pembukaan katup bekerja secara otomatis yang dilakukan oleh governor.

Regulator

Komponen-komponen regulator antara lain : (1) roda tangan,  (2) poros berulir, (3) bantalan berulir, (4) engsel, (5) bantalan pengantar dan (6) tuas perantara , untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar  8.

Regulator
Gambar 8. Regulator dan Perlengkapannya 
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 1988)

Governor

Untuk mengatur jumlah debit air yang masuk ke runner seimbang dengan  jumlah pemakaian beban lisrik, maka digunakan sebuah alat yang disebut governor. Governor yang digunakan untuk turbin ini adalah governor mekanis sebagaimana yang dijelaskan gambar 9.

Pemilihan  governor  mekanis  dengan   pertimbangan   dapat   dibuat  di  bengkel- bengkel umum dengan biaya yang relatif terjangkau dibanding dengan governor elektrik. Disamping itu, governor mekanis sangat cocok dipasang pada sistim PLTMH yang sederhana. Sedangkan kepekaan dan kesensitifan kerja governor ini dapat diandalkan dan bisa bersaing dengan jenis governor lain. Komponen-komponen  governor tersebut antara lain,

  1. Puli pada poros runner
  2. Puli pada poros perantara
  3. Belt transmisi, ketiga elemen ini merupakan komponen sistim transmisi daya  dan putaran dari poros runner ke poros governor.
  4. Roda gigi payung pada poros perantara.
  5. Roda gigi payung poros governor, berfungsi meneruskan transmisi daya dan putaran  dari  poros   perantara.
  6. Poros governor, berfungsi sebagai rel tempat naik turunnya bantalan jalan, pada poros ini pula bantalan diam bertumpu.
  7. Bantalan  jalan,  berfungsi  sebagai  pengait  dan  pembawa tuas-tuas yang berhubungan dengan katup.
  8. Tuas-tuas,  berfungsi  sebagai  penghubung  gerak langkah bantalan jalan ke posisi katup.
  9. Lengan-lengan  governor,  berfungsi  sebagai  penerus gerak langkah bantalan jalan dan sebagai penentu posisi bandul.
  10. Bandul,  berfungsi  untuk  menstabilkan putaran dan untuk mendapat jarak langkah yang diinginkan, hal  ini sangat berhubungan dengan gaya sentripugal yang terjadi.
  11. Pegas, berfungsi memberikan gaya reaksi terhadap bantalan jalan sehingga timbul keseimbangan aksi – reaksi yang menjadikan sistim beroperasi secara otomatis mekanis.
  12. Bantalan diam, berfungsi untuk menumpu ujung poros governor pada posisi yang tetap sehingga governor dapat bekerja stabil.

Governor
Gambar 9. Governor dan Perlengkapannya
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 1988)


Runner
Gambar 10. Tiga Model Posisi Katup  
(Sumber : Haimerl, L.A., 1960)

MERAKIT TURBIN CROSS-FLOW

Yang termasuk komponen penggerak mula turbin ialah nozel, katup, runner, poros runner, tutup turbin dan rangka pondasi. Berikut ini akan dijelaskan proses  pembuatan dan perakitan komponen- komponen penggerak mula tersebut.

Runner

Runner
Gambar 11. Runner 
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 1988)

 

Runner
Gambar  12. Proses Merakit Runner 
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 1988)

Katup

Katup
Gambar 13.   Katup   
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 
1988)


Katup
Gambar 14. Komponen Rakitan Katup 
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 
1988)

Nozel

Nozel
Gambar 15.  Nozel 
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 
1988)

Nozel
Gambar 16. Penampang Samping Nozel 
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 1988)

Nozel
Gambar 17. Elemen Rakitan Nozel
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 1988)

Tutup Turbin

Tutup Turbin
Gambar 18. Tutup Turbin
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 1988)

Tutup Turbin
Gambar 19.  Komponen Rakitan Tutup Turbin
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 
1988)

MELUKIS BUSUR SUDU DENGAN ANALISA SEGITIGA KECEPATAN 

Variabel Analisa Segi Tiga Kecepatan

Variabel - variabel awal yang dibutuhkan dalam analisa segi tiga kecepatan  antara lain,

1. Kecepatan air masuk runner (Vr )

    Dalam hal ini kecepatan air masuk runner sama dengan kecepatan air keluar  dari nozel (Vn ) yaitu, 

 Vr   =  Vn

Vr   =  Kn  . ( 2 . g . Hefs  )1/2

    Diketahui, 

  •  Kn  =  koefisien tahanan nozel  =  0,96  ( Sutarno, 1973 )
  • g  =  percepatan gravitasi bumi  =  9,81 m/det2  
  • Hefs  =  head efektif sebenarnya

2. Kecepatan keliling diameter luar runner ( Uo )

    Dalam  hal  ini  harga  Uo  dapat  ditentukan  dari  persamaan  berikut ( Sutarno, 1973 ),

 Uo  =  0,5  .  Vr

Hasil percobaan para ahli Turbin Cross Flow, mereka menyimpulkan bahwa    dengan menentukan harga Uo  = 0,5 . Vr   ternyata didapatkan effisiensi turbin yang paling besar, kebenaran tentang kesimpulan ini akan diuji pada uraian nanti dengan memasukan macam-macam nilai perbandingan Uo/ Vr  ke dalam analisa segitiga kecepatan seperti yang dimaksud, dengan demikian maka,

3. Kecepatan Keliling Diameter Dalam Runner ( Ui )

Dalam hal ini nilai  Ui  dapat ditentukan dari perbandingan diameter dalam dan  luar runner yaitu,       Ui   =  ( Di / Do )  . Uo 

Keterngan:

  • Diameter luar runner ( Do )
  • Diameter dalam runner ( Di )

6. Sudut air masuk sudu ( θ )

Hasil pengujian Pabrik Turbin Ossberger Jerman Barat, untuk mendapatkan effisiensi turbin yang tertinggi direkomendasikan besar sudut air masuk sudu θ = 150. Hal ini disebabkan energi kecepatan air masuk sudu runner lebih  banyak termanfaatkan terbukti dari hasil perbandingan kecepatan air keluar dari runner dengan kecepatan air masuk runner jauh lebih kecil dibanding dengan apabila sudut air masuk sudu lebih besar atau lebih kecil dari 150 ( Haimerl, 1960 ).

Kebenaran tentang kesimpulan ini akan dibuktikan pada pembahasan nanti dengan memvariabelkan sudut θ. Dalam perencanaan turbin seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, penulis memilih harga sudut  q  =  150

Selanjutnya dengan data-data di atas dapat ditentukan model busur sudu sekaligus dapat diketahui berapa persen energi kecepatan air yang dimanfaatkan oleh runner. Untuk memudahkan analisa, nilai-nilai dari variabel di atas diskalakan .

Setelah semua data diskalakan, selanjutnya masukan ke dalam analisa segi tiga kecepatan berikut melalui dua tahap penggambaran yaitu,

Tahap 1,  Air masuk runner

  • Vr  =   kecepatan air masuk sudu rim luar
  • Uo  =  kecepatan keliling diameter luar runner
  • Ui   = kecepatan keliling diameter dalam runner
  • Vf  = kwecepatan relatif air masuk sudu rim luar
  • Vfi  =  kecepatan relatif air kelur sudu rim dalam
  • Vi   =  kecepatan air keluar sudu rim dalam

Tahap 2,  Air keluar runner.

  • Vo  =  kecepatan air masuk sudu rim dalam
  • Vfo  =   kecvepatan relatif air masuk sudu rim dalam
  • Vr’  =  kecepatan air keluar sudu rim luar
  • Vf ‘ =  kecepatan relatif air keluar sudu rim luar

Perbandingan Effisiensi Dengan Analisa Segi Tiga Kecepatan.

Analisa Segi Tiga  Kecepatan
Gambar 20. Analisa Segi Tiga  Kecepatan pada Sudut Masuk θ = 15
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 1988)

Busur A-B inilah yang dijadikan mal untuk menentukan kelengkungan dan posisi sudu-sudu yang dipasang diantara dua buah piringan. Hal ini tidak begitu sulit dipraktekan di lapangan yang lebih diutamakan ialah ketelitian dan keuletan dalam bekerja.

Titik B seperti pada gambar di atas merupakan titik ujung dari busur sudu A-B. Pada saat runner berputar ke kiri, titik B akan mengalami perpindahan relatif sejauh B-B dan waktu yang diperlukan untuk perpindahan relatif  dari B ke Bsama dengan waktu yang diperlukan oleh suatu titik air guna menempuh busur dari titik A ke titik B dengan kecepatan relatif,

Analisa Segi Tiga  Kecepatan
Gambar 21. Analisa Segitiga Kecepatan Pada Sudut Masuk θ1 =  20
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 1988)

Analisa Segi Tiga  Kecepatan
Gambar 22. Analisa Segitiga Kecepatan Pada Sudut Masuk θ =  12
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 1988)

Analisa Segi Tiga  Kecepatan
Gambar 23. Analisa Segi Tiga Kecepatan Pada Perbandingan  U/ Vr  =  0,7 
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 1988)

 
Analisa Segi Tiga  Kecepatan
Gambar 24. Analisa Segi Tiga Kecepatan Pada Perbandingan  U/ Vr  =  0,3 
(Sumber : Bachtiar, Asep Neris. 1988)

DAFTAR  PUSTAKA 

  1. Bachtiar, Asep Neris. (1988). Perencanaan Turbin Air Penggerak Generator Listrik Pedesaan. Tugas Akhir
  2. Haimerl, L.A.(1960). The Cross Flow Turbine. Jerman Barat
  3. Lal, Jagdish. (1975). Hydraulic Machine. New Delhi : Metropolitan Book Co Private Ltd
  4. Sutarno. (1973). Sistim Listrik Mikro Hidro Untuk Kelistrikan Desa. Yogyakarta : UGM Yogyakarta 

Baca juga :

Mau donasi lewat mana?

Donate with Paypal
BANK BNI - An.mechanical engineering / Rek - 2345xxx
Gopay-
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. klik icon panah di atas

About the Author

Kami percaya bahwa akses pendidikan berkualitas adalah hak mendasar bagi setiap anak Indonesia.

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.